Ketika mentari pagi menghampiri tak terlihat sedikitpun tetesan air yang
jatuh dari langitpun seolah tak bertepi, ku beranjak dari tempat yang
kusinggahi selama kurang lebih 7 hingga 8 jam, disitu ku bangunkan suatu
pondasi yang kuharap kedepannya membuat orang yang selama ini mengeluarkan
keringat tanpa henti, demi sesuatu yang bernilai di atas semua jangkauan hewan
cita. dia adalah bisa ku jadikan pondasi di mana disitu ku bisa bertempu dan
berpeluh kesah, namun disitu bukan berarti tempat bunga yang layu yang bisanya
hanya mengeluh tanpa suatu tindakan, karena ditempat tersebut suatu yang tidak
didapatkan bisa kutemukan hingga akar bakau sekalipun.
Dari sudut lain kudapatkan sebuah pelajaran yang berharga dimana hidup itu
tidak hanya sekian tapi harus dibuat sedemikian rupa. Dia dia dia dia dia iya
yaitu dia adalah penyemangat dalam hidup, pembunuh karakter sekaligus pembangun
karakter, dia ibarat hakim yang bisanya menjudge tanpa pikir panjang dengan
rasa kemanusian yang minim sekali, tapi sekuat apapun daun dan batang yg
kelihatan kokoh, akan terbawa juga oleh angin, begitulah denganku, walaupun
kuat akan sebuah mimpi tetap juga harus berpegang akan teori yang mirip evolusi
jaman purba.
Belasan tahun yang lalu dimana diriku mengalami masa-masa yang bisa di
bilang awal kehidupan, dimana pilihan sudah diperoleh, dan aku tak bisa menolak
dan untuk melewati sebuah jembatan panjang yang tanpa ujung, dan akhirnya suatu
tingkat kedua ibarat level tingkat 2 mulai kulalui. iya itu adalah saat kain
putih abu-abu ku kenakan.
Hal pertama yang tak pernah kualami dalam seumur hidup mungkin sekali seumur
hidupku, tak pernah terbanyangkan sebelumnya, saat aku terbaring selama 7
hingga 8 jam ku sempat bermimpi akan kah semua itu bisa kuwujudkan , ku
bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah aku bisa ?????? dengan apa yang ada
pada diriku ku hampir putus asa dalam meraih "itu" , namun sebelum
meraih asa putus tersebut ku terus mencoba, ku mulai semua dari awal dengan
keringat yang mungkin tidak bisa di hitung berapa kalori yang harus ku
keluarkan dalam tiap harinya, hingga tiba pada harinya mimpi itu menjadi
nyata(sad), karena aku sudah tau akan akhir dari segala ini, aku mencoba tenang
menghadapi dan bersyukur atas apa yang allah berikan, dan aku juga menyadari
akan apa yang ada dalam diriku, hingga akhirnya datanglah dia seorang pembunuh
karakter, banyak kosa kata yang keluar dari bibir yang sopan dan santun
tersebut, sempat sesekali aku membalik arah dengan memberanikan diri
berargument, lalu datanglah dia lagi yaitu dia yang bisa menjadi penengah dalam
hidup ini begitu bijaknya kata-kata yang keluar dari seorang wanita yang tak
berharga nilainya bagiku, dari situ ku belajar tegar seperti seseorang yang
menjadi pembunuh karakter tersebut.
waktu pun terus berjalan tanpa henti langkah kaki pun mulai terasa berat,
dari semua mimpi yang kurancangkan awalnya terbuang oleh sungai kotor itu, kini
kembali ibarat sebuah bunga yang kembali tumbuh seteleh memperoleh sinar
matahari yang begitu menyinari disaat-saat tanah gersang, ku tak mengerti
mengapa ku kembali ke tempat itu, tapi dengan suasana yang berbeda, mungkin
levelnya berbeda . ok..... semua aku jalanin tanpa rasa malu, akhirnya
kesempatan kedua datang, aku terus mencoba dengan izin dari pembunuh karakter
dan penengah hidup. waktu tak bisa ku lihat, tapi aku tau waktu itu sudah di
ujung akhir sore, baiklah langsung saja, memang benar mimpi yang kudambakan
tidak akan terjadi dan itu tidak mungkin. ok fne !!!!!
selang berapa hari hingga sekarang aku masih ingat yaitu hari kamis, ku
mendapat panggilan, entah mengapa tidak ada angin tidak ada badai, tapi
yasudahlah , aku turutin, dengan muka datar dan tanpa harapan aku ikutin semua
perintah itu, dan yang tidak diduga-duga rupanya aku dizinkan untuk mewakili
tempat dimana aku besarkan(sintang), entah apa alasan para pelatih itu bisa
memilih ku, padahal aku sadar aku tidak banyak memiliki kemampuan, walau begitu
aku siap membawa nama daerah ku dengan baik dan menjaganya. naaah disini sang
pembunuh karakter belum bisa ku melihat dia tersenyum, setelah semua pendidikan
aku alami kurang lebih satu bulan aku jalanin syukurnya saat itu adalah bulan
ramadhan, jadi banyak sekali tantangan yang di hadapi, aku pulang pun hanya
bisa merasakan kurang lebih satu minggu dengan mereka yang kusayangi menjalani
bulan penuh suci. saat aku pulang disini aku terharu ketika dia memeluk ku
dengan rasa terharu dan dia pembunuh karakter bisa kulihat raut wajah yang
tersenyum, walau pun mereka tidak hadir pada hari H saat kami semua
melaksanakan tugas mulia negara, aku sudah cukup bangga setidaknya aku telah
membuat mereka tersenyum, walaupun lost kontak dalam keran waktu satu bulan.
thank for all
sLanjut dengan kehidupan yang keras, hidup tidak hanya menunggu tapi di kejar
, dia pernah berpesan "kita tidak selamanya bersama-sama" ok aku tahu
itu sekarang aku mengalami yang ada dalam perkataan itu, disini ku belajar
disini ku hidup, disini ku berdiri, disini pepegang, disini mandiri, disini ku
tegar dalam hidup yang keras, tak ada kata untuk mengeluh dalam hidup ini,
tetap bersemangat menjalaninnya, jangan katakan mengeluh karena aku tak akan
berpikir hal yang demikian, jangan pikir aku manusia yang lemah, aku bisa tegar
dari mu bapak, aku bisa sabar dari mu mama aku belajar dari kalian berdua, aku
bisa aku bisa aku bisa, jangan terlalu khawatir dengan keadaan ku seperti ini,
aku sehat-sehat saja, aku hanya ingin melihat kalian tersenyum dan sehat
selaul, aku bisa melakukan seperti yang kalian inginkan, untuk bapak maaf
jika kenginannya selama ini tidak bisa ku penuhi, aku tau dalam senyum mu ada
sesuatu yang tersimpan yang diinginkan, aku akan beli omongan mereka yang
mengatakan aku sepeti itu, dan aku telah mencoba melakukan terbaik, aku telah
mencoba, namun belum terwujud, jika bapak sempat berkata "bapak tidak mau
kau pulang tinggal bawa nama" baik pak insyallah aku pulang membawa hasil
yang bisa dibanggakam. terimakasih atas pambangun karakter diriku (y)
thank for all